• Musim Ini

    August 2008
    S M T W T F S
     12
    3456789
    10111213141516
    17181920212223
    24252627282930
    31  
  • Pages

  • Tercatat

    • 1,658 klik
  • Mediator

Aku Merasakan Cinta

Aku merasakan itu…

Aku merasakan cinta ketika ia mengatakan “ka-ge-en…”. Aku merasakan cinta ketika ia mengatakan “tar kita ketemu jam 7 aja biar seru…”. Aku merasakan cinta ketika ia mengatakan “i’ll pick you up…”. Aku merasakan cinta ketika ia mengatakan “gak papa, biar ngerasain, kan belom pernah…” ketika ia baru pertama kali merasakan gencet-gencetan sewaktu kita ngantri nonton konser.

Aku merasakan cinta ketika ia meraih tanganku dengan senyuman terlukis di bibirnya, juga sketsa bulan sabit di matanya. Aku merasakan cinta ketika ia bilang “semua ada waktunya”. Aku merasakan cinta ketika ia mengirimkan sms “telp aq skr penting bgt!”.

Aku merasakan cinta ketika aku melihat cahaya di balik pintu dengan sebuah suara ketukan. Aku merasakan cinta demi melihat senyumnya berdiri di balik pintu ditemani seorang sahabatnya, membawa sebuah kue ulang tahun berhias cokelat berbentuk gitar di atasnya, dengan dua lilin menyala membentuk bilangan usiaku saat itu. Aku merasakan cinta ketika ia berucap dengan tulusnya, “happy birthday, ca!”

Aku merasakan cinta malam itu…

Cinta sebenar-benarnya cinta, yang baru saat ini aku merasakannya. Cinta dari seorang perempuan yang mana aku juga mencintainya, segenap hatiku…sepenuh jiwaku…

Thanks, God…You sent your angel for me

Thanks, Dear…this is my happiest birthday ever…

I LOVE YOU…

Cepu, 21 Juni 2008

perjalanan kemarin menamparku…
menyentak pikirku, memaksa search engine di dalamnya memuat lagi pengertian tentang Cinta.
Yang kupendam jauh2 selama ini…
dan taukah kutemukan di mana?
Recycle Bin…

Aku malu pada kalian berdua…
malu pada diriku sendiri…
malu pada nada2 yang kurangkai…

tapi sedikit lega…
sebab aku masih sanggup untuk bisa memperjuangkannya lagi…

Name

And even though the moment’s passed me by
I still cant turn away
I saw the dreams you never thought you’d lose
Tossed along the way
Letters that you never meant to send
Lost and thrown away

And now we are grown up orphans that never knew their names
We dont belong to no one thats a shame
You could hide beside me
Maybe for a while
And I won’t tell no one your name..
And I won’t tell your name

Scars are souvenirs you’ll never lose
Past is never far
Did you lose yourself somewhere out there?
Did you get to be a star?
Don’t it make you sad to know that life
Is more than who we are?

We grew up way too fast
Now there’s nothing to believe
And re-runs all become our history
A tired song keeps playin on a tired radio
And I won’t tell no one your name…
And I won’t tell your name
I won’t tell your name…I won’t tell your name

I think about you all the time
I don’t need the same…
It’s lonely where you are, come back down
And I won’t tell your name

(john rzeznik)

Aku dan ‘Aku’

Di bawah temaram sinar bulan sabit, aku pun semakin menyadari bahwa aku kehilanganmu…
Di bawah jendelamu aku berdiri. Berharap engkau mau ‘tuk membukanya. Atau setidaknya mendengarkanmu menyanyikan lagu untukmu… (the rain)

Lagu itu samar menemaniku menulis posting ini. Entah kenapa beberapa minggu ini aku jadi cengeng. Bahkan hal paling memalukan sekalipun terjadi; aku menangis di depan dia, perempuan asing ini. Aku yang biasanya angkuh terhadap hal apa pun, bisa jadi banci seperti itu. Aku tak tahu kenapa bisa jadi seperti ini. Sisi lain diriku yang biasa kuajak berdialog pun tak menemukan jawabannya.

Ya. Aku memang sering berdialog. Dialog antara aku dan ‘aku’, begitu ‘kami’ menamainya. Apa saja selalu ‘kami’ bahas berdua. Kalian boleh menganggap aku gila, tapi itu kenyataannya, dan aku tak peduli. Dan kali ini pun ‘aku’ yang biasanya menenangkan diriku saat aku di luar kendali, malah jadi ikut menangis demi mendengar ceritaku. Biasanya ‘aku’ menamparku ketika aku menangis. Begitu pula sebaliknya. Aku menendang’ku’ sampai ‘aku’ jatuh terguling-guling, lau mengolok-olok ‘aku’ dan mengatai dengan omongan yang tak pantas.

“Hei! ngapain kamu nangis? dasar bencong! pengecut!”
begitulah sampai akhirnya aku bisa mengeringkan mataku karena terbakar makian’ku’

Kali ini ‘kami’ sama-sama menyerah. Tak dapat saling menolong. Tak bisa ikut menyelesaikan permasalahan satu sama lain. Akhirnya aku mengingkari diriku sendiri. Aku sering mengeluh pada orang lain (orang yang kupercaya tentunya). Sifat introvert yang kusandang bertahun-tahun hangus begitu saja. Tak cuma itu, aku sekarang juga tak punya malu memuat apa-apa yang kurasakan di media maya ini.

Aku cuma berharap kali ini ‘aku’ bisa kembali lagi seperti semula. Hingga bisa menolongku bangun dari ketakberdayaanku ini. Aku rindu ‘aku’ memapahku ketika aku tak bisa berjalan karena jatuh dari tempat tinggi.
Sesaat setelah ‘aku’ menasehatiku, “jangan terbang tinggi-tinggi, nanti kalau jatuh sakit!”

(ds)

Menangis

Menangis adalah kata-kata pertama manusia yang diucapkan, ketika ia menyapa ibunya untuk pertama kali. Ketika ia sadar bahwa ia ada. Ketika oksigen bebas mulai menyeruak ke dalam rongga paru-parunya.
Menangis adalah bahasa baku (bisa juga disebut bahasa internasional) semua manusia di bumi ini. Menangis adalah ungkapan perasaan yang paling mudah untuk dilakukan. Sedih, bahagia, takut, gelisah, kuatir, dan semuanya.

Setiap manusia pasti menangis. Tak terbatas usia. Tak peduli jenis kelamin. Tak terkungkung status sosial dan jabatan. Semua menangis. Wajar. Lumrah. Kodrat. Sekalipun penelitian para ahli yang mengemukakan bahwa air mata diciptakan untuk membantu mata menghilangkan benda-benda asing yang masuk ke dalamnya. Atau apalah. Yang jelas Tuhan melengkapi manusia dengan air mata untuk menangis. Bersyukurlah kita yang sampai saat ini masih bisa menangis. Bayangkan jika tidak.

(ds)

Rima Tiga Asa

kelopak kenanga itu jatuh ke segara
terbawa entah kemana
menari-nari melewatkan masa
menanti-nanti paras muara

sesekali singgah menjenguk bibir tepi air
menyeru nafas lapangkan fikir
melepas pelepah-pelepah getir
seraya berharap jangan berakhir

aku tahu pengandaian ini semu
tapi sajakku berujar lain waktu
gradasi antara hitam, putih dan kelabu
gemakan kepastian aku dan dirimu

segala ini risalah… pencarian jiwa resah…
tentang rindu dan amarah… dinaung nyanyian kisah…

(ds)

[tak ber] tajuk

Maaf andai semua yang kutulis di sini tak berarti apa-apa. Aku memang bukan bermaksud untuk menghadirkan sesuatu makna pun. Aku hanya ingin menulis (mengetik dengan keyboard, lebih tepatnya). Tapi tetap berharap makna itu hadir…

Entah apa yang ada di pikiranku ketika itu, ketika aku mengajak seorang perempuan (asing bagi mataku, tapi tidak buat otakku) yang baru beberapa minggu ini kukenal dekat, untuk menciptakan sebuah media maya bertajuk konvensional “blog” ini. Aku bukan termasuk orang yang suka menulis, meskipun sudah terhitung dua buku tebal yang kupenuhi dengan guratan-guratan kegelisahanku selama kurang lebih dua tahun–dan aku menghentikan aktivitas itu sejak empat tahun lalu ketika aku mulai disibukkan dengan kuliah.

Ya, aku (kadang) suka memuntahkan apa yang ada di kepalaku dalam bentuk tulisan-tulisan sederhana. Kadang suka kurangkai kalimat-kalimat sederhana itu membentuk suatu sajak. Lalu bila sempat juga kumasuki suku-suku kata yang ada di dalamnya dengan nada. (jadi ingat lagu pertama yang kubuat dengan gitarku, dalam sepuluh menit–Billy, namanya–yang berjudul ‘Saat-saat Letihku’, lagu sederhana dengan feel agak sedikit groovy)

…bias asa… selaksa cerita mengisahkan lara… damai kurindu hadir mimpi indahku… tidur bumi terlelap hampa jiwaku… begitu bunyi bait pertama yang berhasil kugubah.

Kegelisahan-kegelisahan yang lama tak kuhiraukan dan cuma lewat menyisir sisi-sisi kepalaku menyisakan kerut di dahiku itu kini datang lagi. Kami seperti kawan lama yang bertahun-tahun tak bertemu, lalu kangen-kangenan berceloteh kesana-kemari tentang hal-hal yang dulu pernah kami alami bersama.

Seperti itu pula aku bertemu perempuan ini (tapi aku sedang tidak ingin menceritakan bagaimana kami bertemu). Aku seperti sudah kenal dia lama. Entah sifat sok tahu-ku atau benar adanya, aku yakin kami punya banyak pemikiran yang sama, hanya saja kami jarang membicarakannya. Dan aku semakin yakin ketika membaca buah benaknya ini. Ia memang suka bertutur. Dalam lisan (aku suka caranya bercerita) maupun dalam tulisan (aku suka diksi-nya).

PERINGATAN: SEGERA KLIK TANDA SILANG DI KANAN ATAS BROWSER JIKA SUDAH MULAI MUAK MEMBACA OMONG KOSONGKU INI

Hasratku menoreh prasasti datang lagi. Keinginan untuk meninggalkan jejak bahwa aku pernah hidup di bumi ini muncul lagi. Semangat untuk struggle melawan serba ketidakjelasan hidupku tersuluh lagi.

Lalu kuajak dia (perempuan asing itu) menulis blog kami berdua. Kami sepakat memberi judul blog ini ‘mediaLuna’ yang dalam bahasa Spanyol artinya ‘bulan sabit’. Bulan Sabit? Ya, bulan sabit. Begitulah aku mengandaikan bentuk mata perempuan itu ketika ia tersenyum, tertawa, atau sekadar menutupi sedihnya ketika aku mendapati bahwa aku menyakiti perasaannya.

dan tahukah engkau, duhai kekasihku?

bahwa adakalanya ‘selamat tinggal’ adalah kata-kata terindah…
meskipun berat untuk diucap, waktu ‘kan tetap pisahkan aku dan dirimu…

adakalanya butir air mata… adalah satu pesan yang tercipta…
bahwa segalanya beranjak reda…
nyata pun kelak bisikkan abadi yang semu…

bila esok datang menjemput langkah kita ‘tuk retaskan kisah…
kurelakan satu akhir… memelukku…

dan bila usai peranku… bertepilah semua anganku…
dan singgahmu adalah hari-hari terindah di hidupku…

Bukan, bukan aku ingin mengucapnya… aku hanya mencoba menguatkan diri atas kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi. Aku tak ingin jauh dari perempuan asing ini (kali ini aku lebih nyaman memakai kata ‘ini’, karena dia memang ada di sini–kuletakkan tanganku di atas dada kiri-ku). Dia yang menyematkan petuah padaku bahwa hidup adalah perjuangan…

dan dialah alasanku untuk tetap memperjuangkan hidup…

(ds)

triangle blueberry cheese cake…

Setangkup kue berbentuk separuh lingkaran dengan selai strawberry legit ditengah lapisan kue buatan salah satu produsen yang lumayan punya banyak konsumen di negeri ini sedang bertengger manis di tangan kananku…..

tanpa terasa potongan demi potongan yang kulahap membawa anganku melayang jauh…

mengingatkanku akan “seorang pribadi sederhana” yang pernah memberiku kue dari produsen yang sama tapi rasa dan jenis yang beda, yang membuatku akhirnya berkata “kue ini dahsyat banget enaknya….”

“TRIANGLE BLUEBERRY CHEESE CAKE” itulah nama yang kuberikan pada kue yang dia berikan padaku pada beberapa waktu silam…

“sang pribadi sederhana” yang didalam ketidakberdayaannya melawan kanker ganas stadium IV yang meraja di tubuhnya… dia sempat memesan kue itu yang ada diluar kota (karena di kota tempat kami tinggal belum ada outlet kue itu) untukku saat terlintas dalam pikirannya  betapa aku maniak keju dan blueberry…, disisi lain dia sedang tersekap dalam ruangan berdinding putih dengan jarum infus menancap di lengan kirinya, nafas yang seringkali menghilang dan juga batuk hebat yang kadang disertai bercak-bercak darah yang dialaminya setiap hari…..

em….hal-hal sederhana dan tulus yang dilakukannya membuatku mengerti sepenuhnya bahwa itulah dia…tanpa topeng dan tanpa polesan… kemurnian kasih dan ketulusan cinta dia ekspresikan secara jujur dan sederhana…….

“sang pribadi sederhana” saat ini sedang duduk tersenyum dan memandang kita dari surga, walaupun seringkali aku tak kuasa untuk ingin mencari dan mendapatkan dirinya… tapi senyum ramahnya lagi-lagi menguatkan langkahku yang gontai untuk meneruskan hidup ini dengan segala memori tentangnya yang menjadi inspirasi dalam hidupku..

honest_kindhearted_humble_loveable_responsible_be inspiration for others

Quote of The Day

apa yang kamu rasain hari ini?

mmm…

perasaan…

keinginan…

berinteraksi…

dalam jarak nol kilometer…

kerinduan...

…Kerinduan…

Setengah jadi

fiuh….akhirnya….
layout standar dari WP sukses gw utak-atik…
walopun blm jadi full…

tapi ga papa…
lumayanlah…
temanya black and white…

bagus ga?